Minggu, 27 Januari 2013

Perilaku Organisasi Kasus 1


“ JAPAN INC : CARTEL DAN KEIRETSU
       I.            Ringkasan Studi Kasus
Dalam era globalisasi ekonomi baru, tidak sulit untuk melihat pada beberapa negara seolah-olah mereka termasuk satu, perusahaan multi pruduk, dibanding suatu ekonomi. Jepang, dengan jaringan kerja Cartel yang rumit dan Keiretsu (yang akan kita batasi secara singkat), mungkin adalah satu dari contoh yang paling mungkin dari semacam “organisasi nasional”.
Taheshi Umehara, direktur jendral dari pusat penelitian internasional untuk studi orang Jepang, Kyoto, mengusulkan bahwa dua prinsip kuno orang Jepang mutualisme dan perputaran akan membimbing negara tersebut menjadi pemimpin dunia masa depan. Terlebih lagi, semangat yang sama menggulangi dirinya dalam suatu siklus kehidupan, kematian dan kelahiran kembali secara terus-menerus. Pandangan yang terjalin termasuk tanggungjawab untuk semua penduduk di jagad ini
Berbagai analisis dari kebudayaan Jepang pasti dimulai oleh perbedaan kelompoknya-pemusatan karakter pada individualism barat. Kurangnya privasi dalam kehidupan orang Jepang dan terbukanya kantor dari bisnis orang Jepang keduanya menggambarkan dan memperkuat solidaritas kelompok atas nama individualisme. Kesadaran kelompok ini mengembalikan kehidupan sosial di atas bisnis hampir tidak terlihat. Jadi grup bisnis menjadi blok pembangunan dasar dari pengumpulan kepentingan.
Sektor industri paling utama diwakilkan oleh asosiasi yang bernegosiasi dengan divisi birokratis pemerintah mengenai industri tertentu mereka. Melintasi asosiasi ini yakni kelompok korporasi utama dalam industri yang tidak sejenis terikat bersama oleh minoritas dari pemegang saham yang saling mengisisi secara normal dipusatkan pada bank besar. Kelompok ini adalah Keiretsu.
Keiretsu orang Jepang berumur panjang, hubungan intim antara pemasok dan pelanggan. Keiretsu mempunyai keaslian mereka dalam perusahaan keluarga atau Zaibatsu dari periode sebelum Perang Dunia kedua. Perusahaan dan politisi Amerika telah sangat terhasut mengatakan oleh praktik orang Jepang ini, perdebatan bahwa Keiretsu adalah hambatan perdagangan bebas. Fakta penting dari Keiretsu adalah bagian fundamental dari sifat dasar Jepang dan kapitalisme Jepang sangat berbeda dari praktik bisnis di dunia barat.
Pemimpin bisnis barat sangat mengenal Cartel sebagai perjanjian informal dan ilegal di antara perusahaan untuk mengendalikan harga dan persaingan. Di Jepang Cartel adalah jalan hidup dan Keiretsu adalah bagian rencan struktural untuk menjamin sukses jangka panjang.
Keterikatan Keiretsu di Jepang tergantung pada penerimaan dari suatu kontrak nasional dan social oleh pekerja, koperasi, dan pemerintah sebagaimana keluhan dari pemakai yang dihukum olehnya. Versi aneh dari kapitalisme ini- lebih digabungkan oleh tradisi dan kebiasaan daripada oleh hal yang resmi seperti direktorat yang saling mengisi dan kepemilikan silang telah telah di buktikan seteguh konterpart Amerika atau Eropa.
Sukses ekonomi Jepang menyebabkan banyak orang menduga bila Keiretsu adalah sistem ekonomi sosio-politik yang ideal. Masyarakat Jepang diatur oeh pengelompokan dari kepentingan yang sama dalam bisnis, birokrasi pemerintahan, partai politik dan bahkan universitas. Politik, masyarakat dan bisnis berkait secara kuat karena kepercayaan fundamental orang Jepang.
Keiretsu Jepang diatur dari keanggotaan yang sangat kecil sampai yang besar, terkenal, jaringan kerjasama teratur secara horizontal yang meliputi hampir 200 perusahaan yang terbesar dan terkenal seperti Mitsui, Sumitomodan kelompok Mithsubhisi. Untuk membatasi Cartels yang paling penting di Jepang, kita harus melintasi tapal batas dari bisnis dan ekonomi dan ke dalam kerajaan pemerintah. Di Jepang, politik dan bisnis tercampur bersama-sama dengan yang kacau balau. Kepentingan ekonomi dicampurkan dengan kepentingan kepemimpinan dan politik.
Hubungan simbiosis ini antara bisnis dan pemerintahan mempengaruhi setiap aspek dari sistem orang Jepang. Pemerintah menyediakan tuntunan bagi Cartel yang paling penting dengan membiarkan terbukanya jalur komunikasi formal dan informal. Ini juga terkadang pemindahan personal antara pemerintah dan industri.












    II.            Isu atau Masalah Utama dalam Studi Kasus
Masalah utama yang terdapat pada kasus “ JAPAN INC : CARTEL DAN KEIRETSU ” yaitu bahwa Keiretsu adalah hambatan perdagangan bebas, namun faktanya Keiretsu merupakan bagian yang fundamental dari sifat dasar Jepang dan kapitalisme Jepang sangat berbeda dari praktik bisnis di dunia barat. Perbedaan ini dapat terlihat dari versi anehnnya kapitalisme Jepang yaitu dengan menggabungkan tradisi dan kebiasaan daripada hal-hal yang resmi misalnya seperti direktorat. Namun demikian keiretsu dapat menghantar Jepang pada kesusksesan ekonomi, sehingga banyak orang yang menduga bahwa keiretsu adalah sistem ekonomi sosio-politik yang ideal.
               














 III.            Analisis
Dari masalah utama yang  timbul maka dapat dikatakan bahwa keiretsu merupakan sifat dasar dari Jepang. Perbedaan individu antara orang Jepang dengan dunia barat dalam dunia bisnis, dilihat dari tradisi dan kebudayaan serta bagaimana sikap bangsa Jepang menerima kritikan dari dunia barat. Dimana, dengan adanya tradisi dan kebudayaan maka akan membawa perbedaan-perbedaan utama dalam nilai, etika kerja dan norma-norma perilaku (Gibson, Ivancevich dan Donnelly, 133). Sikap adalah determinan perilaku sebab, sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap adalah perasaan positif atau negative atas keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap objek-objek dan  keadaan (Gibson, Ivancevich dan Donnelly, 144).
Bangsa Jepang yang selalu tunduk pada tradisi dan kebudayaan,membentuk karakter bangsa Jepang yang sangat kuat dan fundamental melekat pada setiap orang Jepang. Rasa nasionalisme yang tinggi, tekad dan keinginan yang tidak pernah menyerah dan mememntingkan kerjasama untuk kepentingan negaranya dan kemajuan individu bangsa Jepang dalam kelompok dunia usaha/bisnis. Sehingga dengan karakter bangsa yang terbentuk tersebut dapat menyebabkan dasar kekuatan ekonomi, kebudayaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Jepang.
Dari segi sikap bangsa Jepang memberlakukan peraturan dan undang-undang pemerintah Jepang yang berlaku adil bagi semua pihak yang berkepentingan. Negara menjamin hak dan kewajiban individu maupun kelompok minoritas dan mayoritas dalam kegiatan berbangsa dan bernegara. Sektor-sektor yang berkepentingan melakukan peran yang berbeda tetapi saling terkait dalam menciptakan suatu produktivitas ekonomi. Negara bersaing dalam rangka memwujudkan lingkungan yang paling produktif untuk bisnis.
            Sehingga dapat kami simpulkan bahwa bangsa Jepang menerima perbedaan pada dunia bisnis dengan dunia barat. Perbedaan ini justru membuat bangsa Jepang dapat membuktikan bahwa apa yang dipertahankan yaitu tradisi dan kebudayaan dapat menjadi suatu keunggulan, walaupun ada yang memandang sebelah mata yaitu menggangap bahwa “keiretsu” merupakan penghalang perdagangan bebas. Tradisi dan kebudayaan  bangsa Jepang tidak dapat diubah, namun dapat disesuaikan dengan tradisi dan kebudayaan (yang merupakan gambaran dari jati diri bangsa Jepang). Terlihat secara teoritis bangsa Jepang juga menggunakan paham kapitalisme namun lebih menggabungkan dari tradisi dan kebudayaaan daripada hal yang resmi. Sehingga yang terjadi pada bangsa Jepang meraih sukses ekonominya dan banyak orang yang menduga bahwa keiretsu adalah system ekonomi sosio-politik yang ideal.
           







  IV.            Rekomendasi
·        Perubahan serta kerjasama internasional dengan negara-negara di dunia ini sangat terbuka, namun jangan sampai kita mengubah karakteristik dan kebudayaan kebangsaan dan nasionalisme suatu negara. Harus disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki, sehingga perubahan dan kerjasama tersebut dapat memberikan hasil yang baik bagi suatu bangsa dan negara.
·        Adanya keadilan dalam dunia bisnis antara perusahaan dari yang kecil sampai yang besar seperti yang dilakukan oleh bangsa Jepang .
·        Harus dapat memilih-milih kebijakan-kebijakan yang akan diambil, jangan semata-mata karena kebijakan yang diambil telah sukses di negara lain, maka akan sukses di suatu negara lainnya yang memiliki tradisi, kebudayaan, latarbelakang dan indivivu yang berbeda. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar